Jangan Menjadi Madesu!
Senin, 12 September 2011
Lebaran Idul Fithri identik dengan hal-hal yang baru; pakaian, sepatu, sandal, dll. Namun demikian, hendaknya yang lebih ditekankan adalah kebaruan hati dan tingkah laku, bukan kebaruan yang sifatnya fisik. Untuk para siswa MTs dan SMA Qothrotul Falah misalnya, maka semangat belajar untuk meraih ilmu itulah yang harus benar-benar baru, sebagai tanda semangat Idul Fithri.
“Jangan cuma baju yang baru. Semangat belajarnya juga harus baru,” demikian dikatakan Ustadz Agus Faiz Awaluddin, saat menjadi Pembina Upacara, Senin (12/9/2011) pagi, di Lapangan Pondok Pesantren Qothrotul Falah. Selain para siswa, tampak hadir juga jajaran dewan guru Pondok Pesantren Qothrotul Falah. Kegiatan pengibaran bendera ini rutin diselenggarakan tiap hari Senin, diikuti seluruh komponen pesantren.
Ustadz Agus, yang juga guru Fisika dan Matematika ini berharap, dengan menjaga semangat belajarnya, para siswa tidak menjadi kelompok Madesu. “Jangan jadi Madesu alias masa depan suram. Belajar aja nggak mau misalnya. Karenanya, saya berharap, yang biasanya tidak konsentrasi di kelas, janjilah pada diri sendiri untuk tidak melakukannya lagi,” ujarnya berpesan.
Semangat bejarnya, kata Ustadz Agus, bagaimanapun caranya harus dipertahankan dan ditingkatkan terus-menerus. “Juga harus saling mendukung dan jangan saling menjatuhkan. Ada yang mau belajar jangan dikata-katain, sebab masa depan kamu ditentukan oleh belajarmu. Insya Allah kamu bisa bermanfaat bagi keluarga, masyarakat dan bangsa,” katanya lagi disambut amin peserta upacara.
Dikatakan pria asal Pemandian Cikole Pandeglang ini, anak muda yang cemerlang dan bermanfaat bagi orang lain, kendati hidupnya sebentar, itu lebih baik ketimbang orang yang hidupnya panjang, tapi tidak ada manfaatnya buat orang lain.
“Umur pendek tapi bermanfaat, maka akan dikenang kebaikannya. Hidupnya pun jadi panjang. Lihat ulama-ulama kita. Walau sudah wafat, Jurumiah-nya tetap didipakai, penulisnya terus dihadaratin. Ulama lainnya juga begitu. Ada juga yang hidupnya ratusan tahun, tapi tak dikenang, karena tidak ada manfaatnya untuk orang lain,” imbuhnya mencontohkan.
Selain berpesan soal semangat belajar, Ustadz Agus juga menyoroti kebiasaan atau trend berpakaian remaja di kota-kota besar. Menurutnya, cara berpakaian anak muda sekarang aneh-aneh dan di luar kewajaran. “Sabuk yang harusnya di pinggang, malah dipakai di pantat. Ini zalim. Berpakainlah yang wajar. Jangan aneh-aneh. Apalagi kita ini santri,” pesannya.
Usai upacara, dilakukan sidak kerapian pakaian para siswa, meliputi atribut, peci, dasi, kaos kaki, sepatu dan sebagainya. “Ini untuk kerapian kita dan bukti keseriusan kita dalam belajar,” kata Ustadz Ahmad Turmudzi, yang menjadi komandan sidak kerapian.[enha]
0 komentar:
Posting Komentar