Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

Gelaran Wisuda XI Sukses:
Pengasuh Puas, Semua Bahagia

Senin, 21 Juni 2010

Al-Hamdulillah, gelaran Wisuda XI Pondok Pesantren Qothrotul Falah Tahun Pelajaran 2009/2010 telah sukses dilaksanakan pada pagi Ahad, 20 Juni 2010. Suasana meriah dan penuh kegembiraan mewarnai prosesi pelepasan siswa-siswi Kelas XII SMA Qothrotul Falah, yang dihelat di pelataran pesantren itu.

Para tetamu, baik undangan maupun wali santri, tampak khidmat mengikuti jalannya wisuda yang diruwat tak seperti biasanya itu. Tampak diantara mereka, Camat Kecamatan Cikulur Edi Nurhaedi, Kapolsek Kecamatan Cikulur Syamsul Zubaidi, Anggota DPRD Kab. Lebak Yaya Supriadi, Ketua KUA Kec. Cikulur, Anggota Komisi Transparansi dan Partisipasi (KTP) Kab. Lebak Ade Bujhaerimi, kepala-kepala sekolah, dan masih banyak lagi.

Pada wisuda kali ini, panitia menampilkan wajah baru dengan back ground berornamen masjid yang mewah dan menawan. Mang Ubang dan Pak Amru, terutama, bekerja super keras sebagai arsitek sekaligus pekerja lapangan untuk membuat kesan yang berbeda itu. Hasilnya? “Amazing!,” tulis Pak Agus Faiz Awaluddin, di buku tamu website Pondok Baca Qi Falah.

Apa yang dituliskan Pak Agus, yang juga berperan sentral dalam penyelenggaraan wisuda kali ini, benar adanya. Tidak satu dua insan yang menilainya begitu dan memiliki kesan tersendiri. “Saya puas,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Qothrotul Falah, KH. Achmad Syatibi Hanbali, berulang-ulang sembari menampakkan raut muka keceriaan, usai prosesi wisuda. “Ternyata, jika anak-anak diberi kesempatan berkarya seluas-luasnya, hasilnya memuaskan dan tak disangka-sangka. Bahwa masih ada kekurangan satu dua hal, itu biasa. Insya Allah ke depan akan jauh lebih baik lagi,” sambungnya.

“Tahun depan kita akan buat wisuda khas adat tradisional,” timpal Pak Amru siap-siap merancang wisuda tahun depan. “Kita setting para wisudawan/wati berpakaian tradisional, dengan ornamen-ornamen tradisional dan musik-musik iringanpun tradional. Kayaknya bagus sekali,” ujarnya menambahkan. Hebat! Semangat yang mantap! “Amazing!” kata Pak Agus.

Lantas, ukurannya apa pengasuh puas dan rekan-rekan panitia, juga wisudawan/wati, berkesan pada wisuda tanpa tema ini? Mobil undangan yang hadir berjajar panjang. Bangku-bangku yang disediakan kekurangan. Tamu-tamu tampak banyak hadir hilir mudik. Agenda berjalan tanpa aral melintang. Tampilan suasana, ada air mancur, taman indah yang menawan, back ground yang gagah mengesankan, dan sebagainya, menjadi indikasi kesuksesan ini. Semua ini terungkap pada pembubaran panitia, Ahad, 20 Juni 2010, malam. “Kita nggak nyangka ya,” kata Mang Udong, orang hebat spesialis urusan sound system.

Harapan Pengasuh
Pada wisuda kali ini, suasana haru bercampur sedih tampak mewarnai raut muka dewan guru dan wisudawan/wati. Wisuda yang menandai permisahan antara mereka setelah bersama beberapa tahun itu, seakan dirasa begitu berat dan sulit. Tetesan air mata menjadi bukti sahihnya. Bahkan, Umi dan Bunda, matanya tampak sembab dan memerah merasakan desah kesedihan itu. Hal sama dirasakan para wisudawan/wati, yang juga tak kuasa membendung aliran air matanya.

Di atas semua itu, yang tak kalah penting disampaikan adalah nasihat pengasuh pesantren, Ayahanda KH. Achmad Syatibi Hanbali. Beliau berharap, para wisudawan/wati tidak berhenti menuntut ilmu sampai di panggung wisuda. “Ini hanya baru satu langkah. Masih banyak langkah ke depan yang harus ditempuh. Semoga kalian kelak menjadi orang sukses,” harapnya mendoa.

Pengasuh juga berharap, mereka kelak bisa mewarnai masyarakatnya, berbekal setetes ilmu yang mereka ciduk dari ember keilmuan pesantren. “Apa yang kami berikan cuma setetes, sesuai nama pesantren ini, qothroh. Makanya harus ditambah terus, sehingga menjadi banyak. Kalian tidak boleh puas hanya sampai di sini,” katanya lagi.

Kelulusan yang seratus persen, juga menjadi kesan tersendiri bagi pengasuh, di tengah suasana ketidaklulusan yang mewarnai Ujian Nasional (UN) 2010 ini. “Di Kabupaten Lebak, cuma ada dua SMA yang lulus 100 persen. SMA Qothrotul Falah dan SMA Darussadah. Itupun teman saya. Al-Hamdulillah,” katanya berbahagia.

Sedang Kepala SMA Qothrotul Falah, Nurul H. Maarif, tidak banyak memberikan nasihat, mengingat usia dan pengalamannya yang setara dengan para wisudawan/wati. Ayah Nilna Dina Hanifa ini hanya berharap, mereka menentukan keputusan dari sekarang: belajarnya ini untuk diri sendiri atau untuk masyarakat, lebih-lebih bangsa dan negara?

Menukil nasihat Malik bin Dinar, yang dikutip oleh Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam Risalah al-Mudzakarah ma’a al-Ikhwan al-Muhibbin min Ahl al-Khairi wa al-Din hal. 13 baris ke-12, Nurul HM menyatakan, “Siapa mencari ilmu untuk dirinya, maka sedikitpun cukup. Namun siapa mencari ilmu untuk orang banyak, maka (ingatlah!) kebutuhan dan problem mereka juga banyak.”

“Kalau untuk diri sendiri, cukup lah ilmu tentang shalat, biar kenal Allah SWT. Tapi kalau untuk orang banyak, harus banyak juga tabungan ilmuanya. Karena mungkin mereka akan bertanya soal shalat, zakat, global warming, terorisme, bercocok tanam yang islami, piala dunia, bahkan sampai hukum menonton video (mirip) Ariel dan Luna-Cut Tari segala. Karenanya, kalau ini yang diniatkan, kalian harus menjadi swalayan, yang menyediakan aneka menu. Sehingga, siapapun yang ingin apapun, bisa terpenuhi. Kalian insya Allah bisa kok!,” harap Pak Nurul.

Ala kulli hal, semoga harapan-harapan itu terkabul. Semoga mereka menjadi putera-puteri bangsa yang sukses. Dan semoga, pesantren kian bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada khalayak ramai. Amin! [Pak Kepala].

0 komentar:


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP