Hadiri Nikahan Bu Nung,
Kawula Muda QF Konvoi Berjamaah
Kamis, 10 Juni 2010
Selasa, 8 Juni 2010, adalah hari sangat penting dan spesial bagi Bu Siti Nur Aini, S.H.I. Pasalnya, pada hari inilah, guru Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) Pondok Pesantren Qothrotul Falah ini melangsungkan pernikahan dengan pujaan hatinya, yang telah mengikat jalinan kasih selama empat tahun, Ustadz Cece Qurthubi, S.Th.I., asal
Cipanas.
Pernikahan dua alumni IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten ini dilangsungkan di kediaman mempelai wanita, di Gunung Kencana Lebak, sekira pukul 11.00 WIB, di tengah suasana hujan ringan. Pengasuh Ponpes Qothrotul Falah, KH. Ahmad Syatibi Hanbali, yang kala itu didampingi Umi Ammah dan putera-puterinya, bertindak sebagai yang menikahkan. Alhamdulillah, prosesi akad nikah berjalan lancar.
Sebagai bentukkebers amaan ke-QF-an, maka kawula muda QF, yang dipimpin Romo Kamilin
dan berjumlah kurang lebih 30-an orang, sengaja datang menghadiri hari bersejarah ini secara berjamaah. Memakan waktu perjalanan sekira satu jam, konvoi menggunakan 15-an sepeda motor ini tiba di lokasi pukul 14.00-an. "Maaf Bu, agak siang. Karena baru ngurusin UAS dulu," kata seorang anggota konvoi. "Makasih banyak," ujar Bu Nung tampak memaklumi.
Usai basa-basi sepintas dengan mempelai, Romo Kamilin, profesor sosiologi yang menjadi korlap ini, sibuk mengurus jemaahnya untuk makan bersama. Tampak Pak Rakhmat, Pak Tanto, Pak
Amru, Mang Ori, Pak Kepala SMA, Pak Tur, Pak Agus, Pak Yana cs, Pak Unang cs, Mang Udong cs, Haji Agus cs, Mang Ded, Pak Achonk, alumni-alumni dan banyak lagi, makan dengan lahap tanpa kendali. "Maklum, sejam perjalanan dari QF menghabiskan stamina. Perlu diisi dan diberi asupan lagi untuk kekuatan kepulangan," ujar Pak Tur berkilah.
Usai menikmati jamuan makan, jemaah konvoi yang mengenakan seragam batik kebesaran QF ini lantas photo-photo bersama mempelai. Pak Rakhmat dan Pak Tanto tampak paling semangat dijepret kamera. He.. Tepat pukul 15.05, jemaah konvoipun ijin pamit pulang.
Jika keberangkatan melalui jalur bawah, Cileles, maka kepulangan melalui jalur atas, Kopi. Ditemani gerimis ringan, Romo Kamilin yang memakai helm bertuliskan "Pria Idaman Janda" ini
lagi-lagi memimpin sirkuit yang pemandangannya tampak indah ini. Melewati kebun karet dan sawit yang tampak memanjang selama perjalanan, keagungan ciptaan Allah tampak terhampar menakjubkan dan nyata.
Sejam berlalu, perjalanan melelahkan namun mengasyikkan itupun berakhir di Markas Besar Qothrotul Falah, dengan kesan masing-masing di hati jemaah konvoi. Romo Kamilin yang berjaket hitam kelam itupun lantas meluncur ke markasnya, di Warunggunung,
untuk menemui tetangga Alfa-nya. He..
Oh ya, rupanya Romo dari Tegal ini punya kesan tersendiri tentang perjalanan kondangan
ini. Buktinya, sesampai di markasnya, Romo buru-buru mengirimkan sms. Isinya: "Bener-bener luar biasa Kondangan yang paling berkesan dalam hidup Romo. Ya kekompakannya. Ya konvoinya. Ya indah pemandangannya. Keluar masuk hutan kebun karet dan kebun sawit. Sayang, pas Romo memimpin di lintasan sirkuit kebun sawit tak diabadikan pakai handycam," ujarnya menyesal seumur-umur. "Kawula muda QF memang petualang yang super," sambung smsnya.
Romo, jangan salah ya. Yang super dan punya kesan sangat mendalam dari perjalanan konvoi
ini adalah Pak Rakhmat dan Pak Achonk. "Kita nyasar sampai jauh," kata Pak Rakhmat dan Pak Achonk tertawa. Keduanya memimpin sirkuit di awal kepulangan. Namun karena tak hafal medan, mereka tersesat jalan lumayan jauh. Kuaciaaan pisan nyak. He.. Pengalaman Pak!
Ala kulli hal, kekompakan adalah kunci keindahan. Karena kekompakanlah, Bu Nung menikah dengan suaminya. Karena kekompakan pulalah, jalinan keluarga yang bertaburan cahaya sakinah, mawaddah dan rahmah, akan bisa terwujud. Amin! [pak kepala, ajudan korlap]
0 komentar:
Posting Komentar