MELAWAN MUSUH ALLAH MELALUI JILBAB
Oleh Dede Saadah Syatibi, S.Th.I*
Rabu, 13 Mei 2009
BANYAK kalangan, termasuk kalangan muslim, menolak kewajiban mengenakan jilbab bagi setiap muslimah. Mereka mengira, bahwa ajaran yang mewajibkan kaum wanita untuk menutup diri, tidak bergaul bebas dengan laki-laki, dan lebih banyak tinggal di rumah, adalah ajaran kuno, keras, tidak sesuai perkembangan zaman, melanggar HAM dan sederetan cap buruk lainnya.
Menurut tuduhan mereka, salah satu faktor penyebab kemunduran umat Islam ialah karena diterapkannya jilbab atas wanita muslim. Entah dengan logika apa opini ganjil ini bisa laris manis di masyarakat kita, yang nota bene mayoritas masyarakat muslim. Namun yang jelas, semuanya tak lepas dari makar musuh-musuh Allah SWT untuk mengeksploitasi wanita dengan segala cara dan jalan.
Ukhti fi Allah……
Kita tak dapat memungkiri kenyataan pahit yang kita saksikan tentang keadaan muslimah saat ini. Bagaimana tidak? Tiap hari kita menyaksikan dan bahkan kita disuguhi pemandangan betapa banyak dari mereka yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya dengan sangat berani. Ini tak hanya muncul di layar-layar televisi, namun juga di tengah masyarakat kita. Pakaian seksi a la you can see telah menjadi tontonan sehari-hari.
Dengan pakaian serba minim itu, mereka wanita muslim itu, keluar-masuk pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan dengan leluasa tanpa pernah merasa gerah, risih atau canggung sedikitpun ketika ratusan pasang mata memperhatikan lekuk-lekuk tubuhnya. Bahkan ironisnya, tak jarang mereka justru senang atau malah bangga dengan itu semua. Itulah yang mereka cari.
Ukhti fi Allah……
Sesungguhnya perang global yang dilancarkan musuh-musuh Allah SWT selama ini, itu ditujukan kepada kita semua selaku wanita muslimah. Slogan menuntut kebebasan, Hak Asasi Manusia (HAM), dan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, hanyalah kedok untuk membendung fenomena jilbab yang, al-hamdulillah, kian hari kian bertambah marak dan menjamur. Oleh musuh-musuh Allah SWT itu, jilbab juga senantiasa diidentikkan dengan simbol hegemoni laki-laki atas wanita, simbol keterbelakangan, pemaksaan kehendak, teroris, dan selusin citra buruk lainnya.
Karena itu, wahai ukhti fi Allah, mari kita lawan mereka dengan kian menyemarakkan jilbab. Dengan berjilbab, kita akan membuat geram musuh-musuh Allah SWT itu. Mereka akan merasa bahwa propaganda mereka selama ini sia-sia. Dengan demikian, insya Allah kita termasuk golongan yang menjalankan amal saleh, sebagaimana disebutkan dalam Surat at-Taubah ayat 120. “Yang demikian itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan ditulislah amal salih bagi mereka karena itu semua. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”
Akhirnya, ketika para wanita muslimah memegang teguh kewajiban mengenakan jilbab sebagai identitas keislaman mereka dan sebagai bentuk ketaatan pada perintah Allah SWT, maka Allah SWT akan senatiasa mencatatnya sebagai amal salih, karena perbuatan yang demikian ini akan membangkitkan amarah orang-orang kafir.
Selain alasan agama, penelitian terakhir melalui riset kedokteran modern ternyata menunjukkan bahwa wanita yang tidak mengenakan jilbab berkali lipat lebih rentan terkena kanker kulit yang sangat berbahaya ketimbang yang mengenakan jilbab. Penelitian ini dilansir, misalnya, Sufyan bin Fuad Baswedan dalam bukunya Lautan Mukjizat di Balik Balutan Jilbab (Wafa Press: 2007). Ini menunjukkan, bahwa selain karena alasan agama, pemakaian jilbab juga berbasis argumen medis yang kuat. Jika demikian halnya, lantas apa argumen wanita muslimah lebih bangga melepaskan jilbabnya? Wa Allah a’lam.[]
*Pengajar di Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur
dan Alumni Tafsir-Hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1 komentar:
Oke, dech setuju, emang kalau wanita muslim seharunya berjilbab terusssss...
Posting Komentar