Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

Melepas Penat Ke Pantai Carita

Selasa, 29 Juni 2010

Dipimpin Pengasuh Pondok Pesantren Qothrotul Falah, KH. Achmad Syatibi Hanbali, 40-an guru PP-QF ramai-ramai melepas penat ke Pantai Carita, Senin, 28 Juni 2010. Menggunakan empat kendaraan, mereka tampak ceria dan riang usai setahun penuh ngurusin seluk-lebuk kegiatan pesantren. “Ya, iseng-iseng menghilangkan kepenatan dan mencari hiburan lah,” ujar pengasuh beralasan.


Di sana, para guru menggelar berbagai agenda hiburan. Dimulai dengan bakar ikan bersama, makan ramai-ramai khas santri, main bola sepak (para ustadz nih), berenang di pantai, naik banana boat yang menggetarkan adrenalin (para ustadzah nih) dan masih banyak lagi. Bu Hally, Bu Ima, dan sejenisnya, tampak tak henti-hentinya berpose layaknya artis. Pak Turmudzi yang berotot kawat bertulang besipun tampak mendampingi layaknya sang bodigat. Pokoknya, intinya, ke sana cuma buat seru-seruan. Meluapkan kebersamaan antar para guru dengan keriangan dan keceriaan.

Lebih menyenangkan lagi, di saat asyik-asyiknya berenang dan bermain bola (istilah Pak Tanto, Pribumi vs Pendatang) di pantai, hujan deras datang sebagai bentuk iringan rahmat Allah SWT. Suasana kerianganpun kian bermakna. Ditambah kecerian anak-anak para guru, seperti Nilna Dina Hanifa, Syifa, Diva, Maya, dan masih banyak lagi, yang terus berceloteh sebagai tanda kegembiraan. Suasana kian heboh saja.

Usai ber-riang-riang di pantai, sembari diguyur hujan, mereka tampak basah kuyup dan kedinginan. Sebagian menggigil. Lantaran tak membawa pakaian persiapan, sebagian mereka lantas membeli pakaian sekenanya di sana. Akhirnya terjadi shoping ala kadarnya di pinggir pantai yang tampak ramai oleh para pengunjung itu.

Kepenatanpun terhilangkan (sesaat) oleh indahnya hiburan. Tepat pukul 15.25 WIB, rombongan undur diri dari pantai, menuju pulang ke maskas tercinta, Pondok Pesantren Qothrotul Falah. Semua tampak pararegel. Kaki linu. Tangan capek. Badan pegel-pegel. Gigi juga capek, banyakan makan. Tenaga loyo. Ini karena tenaga mereka diforsir untuk hiburan. Itulah bersenang-senang dahulu baru pegel-pegel kemudian. Tapi mantap kan?

Keesokan harinya, mereka mulai menapaki hari-hari normalnya. Yang masih mahasiswa, harus mempersiapkan diri untuk Ujian Akhir Smester (UAS). Biar naik kelas. Yang bekerja, ya kembali bekerja. Yang pengangguran, ya kembali ke jobnya semula. Yang pasti, semua tampak riang. Semua senang. Semua gembira. Itulah tali erat silaturahim di antara mereka.

Lantas, apa kesan yang paling bermakna? Semua tampak berkesan dan menyenangkan. Itulah makna hiburan. Yang menarik, mungkin kesan unik yang dirasakan Pak Amru, Pak Turmudzi, dan Pak Baron pada si dia yang berambut panjang terurai dan berbaju biru itu. Siapa menang? Yuk, yang menang mencit kotok! Wa Allah a’lam.[nhm]

0 komentar:


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP