Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

Pemilu Damai a la Santri

Senin, 05 Januari 2009

LAYAKNYA sebuah negara demokrasi, Pondok Pesantren Qothrotul Falah (Qi Falah) pun tak ketinggalan mempraktikkan salah satu elemen vital demokrasi, yaitu “pemilu raya”. Ratusan santri, baik putera maupun puteri, terlihat antusias mengikuti kegiatan tahunan yang diselenggarakan pada Jum’at (2/1/2009) siang ini.

Pemilu raya di lingkungan ponpes di Jl. Sampay-Cileles Km. 05 Kp. Sarian Ds. Sumurbandung Kec. Cikulur Kab. Lebak Prop. Banten, ini digelar untuk memilih Ketua Organisasi Pelajar Ponpes Qothrotul Falah (OPPQ) Putera dan Puteri periode 2009.

“Ini pemilu yang ketujuh kalinya diselenggarakan oleh pesantren. Niatnya biar santri terbiasa berlatih memilih pemimpinnya dengan cara-cara yang sportif dan menjunjung tinggi nilai transparansi,” terang Ustadzah Hj. Dede Mardiah Syatibi, salah satu pengajar di Qi Falah.

Menurut Ustadz Ahmad Turmudzi, pengajar lainnya di Qi Falah, sehari sebelumnya bahkan dilaksanakan “dialog publik” untuk mendengarkan visi dan misi para kandidat ketua OPPQ. “Ramai juga dan respon santri cukup baik. Apalagi ini kan cuma latihan saja,” ujar Pemimpin Redaksi Bulletin Qi Falah ini.

Para kandidat yang bertarung memperebutkan posisi Nomor 1 di OPPQ Putera adalah Deden Fathurrahman, Acepuddin dan Aceng Wahyuddin. Sedang kandidat ketua OPPQ Puteri adalah Dien Syahada, Ilas Jumiati, dan Rasyida.

Deden Fathurrahman pun terpilih sebagai orang Nomor 1 di OPPQ Putera. Deden, cowok kelahiran Parage Cikulur, ini berhasil meraup 35 suara dari total 63 suara santri putera. Acepuddin meraih 15 suara dan Aceng Wahyuddin hanya berhasil mengumpulkan 3 suara. 10 santri putra tercatat tak menyalurkan hak pilihnya karena berbagai alasan.

Dien Syahada terpilih sebagai orang Nomor 1 di OPPQ Puteri. Dien, cewek kelahiran ibu kota Jakarta, ini berhasil meraup 50 suara dari total 77 suara santri puteri. Ilas Jumiati meraih 20 suara dan Rasyida meraih 7 suara. “Seluruh santri putri menyalurkan hak pilihnya,” ujar Ustadz Amrullah, selaku “anggota KPU” atau penanggungjawab penyelenggaraan pemilu raya ini.

Atas terselenggaranya pemilu raya ini, semua turut bergembira. Tak ada “kekacauan” atau “kecurangan” apapun. Dan karena tak kemaruk ambisi, semua kandidat yang gugur di medan perang pun legowo atas kekalahannya. Mereka tetap akan bergandengan tangan menata OPPQ setahun ke depan.

Kekalahan juga tak menyebabkan mereka melakukan gugatan hukum ke Pengadilan Negeri (PN) atau Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana terjadi di Pilkada Jawa Timur, Pilkada Lebak-Banten dan pilkada di berbagai belahan Indonesia lainnya.

“Jadi, harusnya para calon kepala daerah itu meneladani pemilu raya santri, yang adem dan penuh kelucuan. Kenyataan harusnya ditanggapi secara bijaksana, bukan emosional. Inilah dunia santri yang penuh kedamaian,” seloroh Ulum Zulvaton, associate Pondok Baca Qi Falah asal Purworejo Jawa Tengah dan aktivis the WAHID Institute Jakarta ini sembari tertawa lepas.

Oh, begitu ya, Lum?[nhm]


1 komentar:

nuhamaarif.blospot.com mengatakan...

Semoga ini bukan berarti Pondok Pesantren Qothrotul Falah mendukung sistem demokrasi.

Wassalam,
--wqs


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP