Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

Dikunjungi Manusia-manusia “Brutal”

Minggu, 01 Agustus 2010

Sabtu, 31 Juli 2010, Pondok Baca Qi Falah mendapat kehormatan dikunjungi manusia-manusia “brutal” dari Jakarta yang tergabung dalam Emergency Library. Mereka, yang hidup mati membela literasi, ini adalah Ulum Zulvaton (the WAHID Institute dan penggagas Pondok Baca Qi Falah), Edi Dimyati (Pendiri Kampung Buku, Penulis 47 Museum Jakarta, dan wartawan Majalah Hai), Aqil (Kontributor Majalah Hai) dan Gunawan (alumni Jurusan Perpustakaan UNPAD Bandung).

Di Pondok Baca Qi Falah, mereka menyelenggarakan berbagai agenda menarik, seumpama tebak-tebakan, kreatifitas anak menggunakan media karet gelang, bedah buku 47 Museum Jakarta, dan banyak lagi. Untuk tebak-tebakan, siapa saja yang berhasil menjawabnya dengan benar, maka dihadiahi buku yang dibedah. “Lumayan, untuk merangsang anak cinta membaca dan buku,” kata penulis buku, Edi Dimyati.

Di sela-sela bedah bukunya, Edi yang asal Tasikmalaya ini menceritakan petualangannya yang menarik memburu museum-museum di Jakarta. “Ada 47 museum yang menarik untuk diangkat. Karenanya, buku ini dikasih judul 47 Museum Jakarta,” ujar penulis produkrif dan “brutal” yang tengah dikejar deadline untuk merampungkan buku Wisata Kota Tua ini.

Buku 47 Museum Jakarta, ceritanya, disusun selama setahun setengah. Setelah melewati aneka petualangan melelahkan, akhirnya buku “arsip museum” yang menjadi buku wajib calon arsitek di beberapa perguruan tinggi ini berhasil diterbitkan oleh Gramedia beberapa bulan silam. Ulasan atasnya juga telah diselenggarakan di berbagai kesempatan, termasuk pada World Book Day (WBD) Jakarta Juni 2010 silam.

Di dalam buku ini, diantara museum yang diangkat, adalah Museum Layang-layang, Museum Baitul Qur’an, Museum Polri, Museum Bank Mandiri, Museum Listrik, Museum Serangga, Museum Fatahillah, Museum Keramik, dan masih banyak lagi. Tak berhenti di situ, aneka photo dokumentasi museum itu juga ditampilkan menggunakan media layar lebar.

Sekira satu jam-an, para pengunjung Pondok Baca Qi Falah yang terdiri dari kaum santri ini diajak berselanjar dan menggumuli museum-museum itu. Mereka seakan dibawa langsung mengunjunginya. Mereka tampak antusias, apalagi belum ada satupun dari mereka yang pernah berkunjung ke sana. Maklum, orang-orang ndeso.

Ini, tentu saja, pengalaman yang menyenangkan dan sangat berharga buat mereka. Museum-museum Jakarta yang jika didatangi langsung memakan waktu lama, tenaga, pikiran dan yang jelas dana banyak, cukup disaksikan oleh mereka di ruang Pondok Baca Qi Falah. Inilah keuntungan kunjungan manusia-manusia “brutal”, yang “membawa” 47 museum Jakarta ke ruangan Pondok Baca Qi Falah.

Semoga kelak, kegiatan-kegiatan positif seperti ini terus berlanjut, tentu saja dengan agenda yang berbeda. Kapan nih buku Wisata Kota Tua-nya dibedah di Pondok Baca Qi Falah, sehingga santri-santri mendapat pengalaman berselancar di kota-kota tua yang selama ini hanya mereka dengar namanya lewat “dongeng”? [nhm]

0 komentar:


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP