Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

JADILAH SAPU LIDI

Sabtu, 20 Agustus 2011

Dialog Imajiner dengan Rasulullah SAW
JADILAH SAPU LIDI
Oleh Amalil wahid*

Dialog kali ini menceritakan pertemuan antara santri Pondok Pesantren Qothrotul Falah Cikulur, Amalil Wahid, dengan Rasulullah SAW, di alam maya. Mereka berbincang akrab tentang keimanan.

Amalil : Assalamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh?

Rasul : Wa'alaikumusssalam wa Rahmatullahi wa Barakatuh.

Amalil : Apa kabarmu, wahai utusan Allah SWT?

Rasul : al-Hamdulillah, Allah SWT senantiasa memberiku kesehatan. Bagaimana denganmu?

Amalil : al-Hamdulillah, wahai Rasul. Akupun diberi-Nya kesehatan dan kesempatan untuk menjumpaimu. Rasul, bolehkah aku menanya beberapa hal kepadamu?

Rasul : Dengan senang hati, silahkan! Apa yang hendak engkau sampaikan?

Amalil : Aku ingin bertanya soal keimanan.

Rasul : Ooh, bagus..bagus! Inilah yang sekarang sedang krisis dalam diri kaum muslim dan aku prihatinkan.

Amalil : Rasul, sejatinya iman itu apa?

Rasul : Iman itu mempercayai dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.

Amalil : Bagaimana pandanganmu, sekarang kan zaman telah begitu berubah, apakah iman juga telah berubah?

Rasul : Inilah kekhawatiranku! Dulu aku diberi perintah oleh Allah unuk mengimankan manusia, dengan memberi uswah yang baik.

Amalil : Rasul, apa perbedaan keimanan orang-oang waktu dulu dengan sekarang?

Rasul : Waktu dulu, umatku cukup banyak dan iman mereka sangat tinggi. Ketika aku mengajak mereka berperang di bulan Ramadhan dan pada waktu itu kami dihadang beribu-ribu pasukan musuh, kami sangat risau dan bimbang, maka aku diperintah Allah SWT untuk memberi semangat kepada mereka. Mereka kembali bersemangat menegakkan la ilaha illa Allah. Ternyata iman mereka tinggi, walaupun dalam kondisi berpuasa dan terik panas matahari. Mereka tetap bersabar, sehingga kami dapat mengalahkan musuh kala itu.

Amalil : Sungguh perjuangan dan keimanan yang luar biasa hebat.

Rasul : Ya, mereka adalah umat yang disebut khairul qurun (sebaik-baik generasi). Mereka adalah para bintang.

Amalil : Lalu, bagaimana keimanan umatmu sekarang?

Rasul : Sekarang saya lebih mengkhawatirkan kaum wanita.

Amalil : Kenapa, ya Rasul?

Rasul : Wanita sekarang sudah melewati dan melanggar perintah Allah SWT. Mereka telah membuka auratnya dan juga harga dirinya telah dijualbelikan. Banyak juga lelaki yang mau membelinya.

Amalil : Astaghfirullah al-'Adhim. Benar Rasul.

Rasul : Kaum lelakinya juga telah banyak yang melenceng dari sunnah-sunnahku. Seakan mereka tidak lagi membutuhkan obor penerang di kegelapan.

Amalil : Benar Rasul. Bagaimana mengatasinya?

Rasul : Yang perlu kita lakukan adalah cara mengatasi yang menyimpang.

Amalil : Bagaimana itu? Bukankah yang menyimpang banyak dan mengaku Islam semua?

Rasul : Dulu saya sudah menyatakan, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Itu memang benar. Semua mengaku benar, padahal tidak. Di mana-mana, di belahan dunia, telah banyak terjadi penyimpangan ajaran. Ada yang mengakui rasul lagi setelahku. Padahal, aku Rasul terakhir yang diutus Allah SWT. La nabiyya ba'di. Aku sedih melihat umatku mengangkat rasulnya sendiri-sendiri, bukan atas petunjuk Allah. Mereka juga membuat kitab suci semaunya sendiri. Malah di Bojong Leles Lebak, ada umatku yang membuat al-Qur'an besar, yang konon turun bersamaan suara halilintar dan diiringi keris.

Amalil : Benar Rasul. Semua itu telah terjadi. Dan sabdamu 14 abad silam tidak meleset sedikitpun. Lantas, apa yang bisa aku lakukan Rasul?

Rasul : Amalil, anakku, mudah-mudahan Allah SWT menjaga imanmu sepanjang masa. Aku berwasiat padamu, selalulah berjama'ah (berkumpul dan bersatu dengan mayoritas umat Islam). Bukankah kamu telah mengaji kitab al-Futuhat al-Madaniah bersama Nurul H. Maarif, tentang kisah al-Hakim dan anaknya? Diceritakan, al-Hakim memerintahkan anaknya unuk selalu bersatu dengan umat Islam lainnya.

Amalil : Benar Rasul. Al-Hakim mengibaratkan berjamaah itu seperti lidi-lidi yang diikat jadi satu. Lalu menjadi sapu. Kalau lidi itu cuma satu, maka mudah dipatahkan dan tidak akan bisa membersihkan lantai yang kotor. Kalau disatukan, ia akan menjadi kuat dan bisa membersihkan apa saja. Umat Islam harusnya seperti sapu ini. Bukankah begitu, wahai putera Abdullah?

Rasul : Itulah pentingnya bersatu dalam akidah. Jangan mau dipecah-pecah oleh musuh-musuh Islam.

Amalil : Baik Rasul, aku akan jaga wasiatmu.

Rasul : Semoga imanmu senantiasa kokoh.

Amalil : Amin! Syukran atas doanya, Rasul. Ma'af Rasul, insya Allah lain kali aku akan ke sini lagi untuk berguru padamu.

Rasul : Silahkan! Semoga Allah senantiasa memberi ghirah padamu untuk menuntut ilmu.

Amalil : Amin! Terima kasih, Rasul. Sekali lagi saya mohon doanya supaya selalu ta'at pada Allah SWT dan rasul-Nya. Saya juga bermohon manfa'at darimu untukku, keluargaku, dan umat Islam lain yang setia padamu.

Rasul : Insya Allah, anakku. Tetaplah patuhi dan taati Allah SWT. Dan lindungi ajaranku dari musuh-musuh.

Amalil : Insya Allah. Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.

Rasul : Wa'alaikumussalam, Wr. Wb.

Setelah mencium berkali-kali tangan suci Rasulullah SAW yang harum itu, Amalil Wahid berpamitan. Keimanan di hatinya kembali tersiram air jernih wasiat rasulnya.[]

*Siswa Kelas XII IPA SMA Qothrotul Falah Cikulur



0 komentar:


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP