Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

DAG DIG DUG MUNAQASAH KARYA TULIS ILMIAH

Sabtu, 04 Juni 2011

Raut muka tegang tampak menyelimuti siswa-siswi Kelas XII IPA/IPS SMA Qothrotul Falah, Seragam almamater tak kuasa menyembunyikan kegelisahan mereka. Itulah yang terlihat pada suasana menjelang ujian munaqasah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang diselenggarakan di Majelis Putera, Kamis, 2 Juni 2011, pagi.

Maklum saja, hasil akhir munaqasah ini menentukan kesempurnaan kelulusan mereka dari SMA Qothrotul Falah. “KTI ini menentukan dan bahkan menjadi persyaratan wajib pengambilan ijazah. Artinya, kalau KTI tidak lulus, maka ijazah tidak bisa diambil dan berarti tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,” ujar panitia, Ahmad Turmudzi, yang tampak sibuk dan serius.

“Makanya, kami serius menghadapi munaqasah KTI ini. Semalaman kami menghafalkan materi yang kami teliti dan tulis,” ujar Ma’ani, siswa Kelas XII IPA asal Sanding Cikulur, yang membahas Pencak Silat Cimande di Cikulur. “Pokoknya kami harus sukses,” imbuh penerima Beasiswa Bidik Misi dari Kemendiknas Tahun 2011 ini.

Pada sidang KTI kali ini, panitia sengaja membaginya menjadi dua model; tertutup dan terbuka. “Tertutup itu maksudnya munaqasah yang tanpa penonton. Ini kita selenggarakan di ruang-ruang kelas. Pengujinya pun cukup seorang. Sedangkan yang terbuka, ini ditonton oleh para santri, dewan guru dan diuji dua orang. Ini lebih serem,” ujar Ahmad Turmudzi.

Untuk ujian terbuka yang diselenggarakan di Majelis Putera, yang terpilih sebagai promovendus antara lain, Ahmad Lili (tentang desa siaga di Cikulur), Ma’ani (tentang Pencak Silat Cimande), Devis Maredona (tentang faktor kematian ikan lele), Nia Muadah Kurniasih (tentang prospek usaha ayam pedaging), dan Kurnia Habsari (tentang Misteri Batu Tapak Curug Seeng dan Wali Djaya Bakti). Adapun penguji yang hadir, antara lain, Abdurrahman SE, Drs. Rakhmat Arif Ibrahim, Tanto Haryanto S.Si, dan Nurul H. Maarif.

Pengalaman apa yang didapat para peserta? Devis Maredona mengaku mendapatkan banyak manfaat. “Misalnya, kita jadi tahu bagaimana meneliti, jadi tahu banyak informasi yang kita teliti dan penting buat pelajaran adik-adik kelas. Ternyata ujian KTI itu serius,” ujar siswa asli Cikulur, yang pernah beternak lele dan banyak yang mati ini. “Dan masukannya, semoga bimbingannya kelak lebih serius lagi dan mendalam,” ujarnya mengritik, k etika berbincang santai di ruangan Majelis Pembimbing Santri (MPS) Ponpes Qothrotul Falah, Kamis malam.

Bagi para penguji, hasil sidang KTI ini cukup baik dibanding tahun sebelumnya. “Ternyata anak-anak kita punya kemampuan juga. Kalau bisa dikembangkan lebih serius, insya Allah mereka akan menjadi matang. Sudah bagus,” ujar Drs. Rakhmat Arif Ibrahim.

Bahkan tak disangka, hasil penelitian Kurnia Habsari perihal Batu Tapak Curug Seeng dan Djaya Sakti, mendapat apresiasi tinggi dari para penguji. “Andai saja penelitian ini diseriusi dan dikembangkan lebih lanjut, ini bisa menjadi sumbangsih dari anak SMA Qothrotul Falah bagi pelestarian budaya dan situs peninggalan nenek moyang. Situs batu bercap dua kaki Djaya Sakti ini belum ada yang menelitinya dan kamipun baru tahu dari hasil penelitian ini,” ujar penguji, NHM.

Bagi NHM, apa yang dilakukan Kurnia ini sangat menarik dan bermanfaat. Ternyata masih ada situs masa lalu yang teraibaikan oleh pihak yang berwenang mengelolanya. “Ini kritik juga buat pemerintah, yang luput melestarikan Batu Tapak ini. Kita harus kembangkan penelitian anak-anak kita ini menjadi lebih matang dan dalam,” ujarnya. “Jujur saja, banyak informasi baru yang saya dapat dari karya anak-anak ini,” sambungnya.

Okelah, ini baru permulaan kalian menjadi peneliti. Semoga langkah kalian kian cepat menggapai dunia intelektulitas sesungguhnya. Dan a-hamdulillah, semua berjalan lancar sesuai harapan.[enha]



0 komentar:


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP