Baca! Baca! Baca! Lalu, jadilah Anda orang yang berperadaban!

JELANG WISUDA, KELAS XII KEJAR KARYA TULIS ILMIAH

Jumat, 06 Mei 2011

Sebulan menjelang wisuda, 12 Juni 2011, Kelas XII IPA/IPS SMA Qothrotul Falah diburu waktu untuk menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah (KTI). “Ini sudah mentradisi di SMA QF. Sudah bertahun-tahun. Karenanya, sesuai tradisinya, menjelang wisuda dan sebagai persyaratan kelulusan paska Ujian Nasional (UN), mereka diwajibkan membuat karya tulis ilmiah sebagai hasil penelitiannya,” ujar Ketua Panitia KTI, Ustadz Nurhasan, S.Pd.

“Insya Allah, pelaksanaan KTI kali ini lebih baik dan lebih matang dari yang sebelumnya. Bahkan, sekarang telah dibuat panduan khusus yang lebih komplet dan lebih baik. Harapannya, out putnya pun sesuai dengan yang diharapkan,” tambah Pak Achonk – sapaan akrab Ustadz Nurhasan.

Para pembimbing, penyusunan, dan hal-hal lain yang terkait KTI memang telah mengalami banyak perubahan ke arah yang lebih positif. Sebagai contoh kecil, ujar Pak Achonk, KTI yang dulu hanya berbasis perpustakaan, kini dibarengi dengan penelitian lapangan. Siswa-siswa diterjunkan langsung ke lokasi penelitian; ada di kecamatan, batu keramat Curug Seeng, padepokan pencak silat dan sebagainya. “Ini untuk menambah bekal mereka ketika kelak berhadapan dengan dunia lapangan,” ujarnya.

Hal sama diamini panitia lainnya, Ustadz Ahmad Turmudzi. Menurut UT – sapaan akrabnya – karya tulis ilmiah ini sengaja diwajibkan dengan beberapa alasan. Pertama, sebagai kenangan bagi mereka sebelum meninggalkan pesantren dan terjun di tengah masyarakat atau melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. “Tulisan itu kan tidak akan lapuk dimakan zaman. Semoga KTI ini bisa menjadi kenangan di hari tua. Dengan menimang anak atau cucu, mereka bisa terkenang kembali belajarnya dulu ketika melihat hasil KTI-nya,” ujar UT.

Kedua, khusus bagi yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi, KTI dimaksudkan sebagai bahan atau bekal menempuh pendidikan dunia kampus yang sarat tugas makalah, atau bahkan skripsi. Ini tentu saja kewajiban akademis kampus yang tak bisa dihindarkan. “Itu sebabnya, sedini mungkin kita berupaya menyiapkan mereka di bidang tulis-menulis. Harapannya, dengan pengalaman pembuatan KTI ini, mereka akan termudahkan membuat makalah atau skripsi, karena ini sering kali jadi kendala anak kampus. Dan ini jarang ditemukan di sekolah lain,” katanya.

Ketiga, ini upaya mendekat siswa dengan dunia aktivisme akademis dan dunia perbukuan. Dalam banyak hal, kegagalan mahasiswa tingkat akhir terjadi karena ketidakakraban mereka dengan tulis-menulis dan dengan buku-buku. “Hambatan serius ini juga ingin kita minimalisir melalui kegiatan ini,” ujar UT.

Untuk kian menyukseskan kegiatan ilmiah ini, agenda pra KTI juga diselenggarakan. Misalnya, pada Rabu, 4 Mei 2011 malam, dilaksanakan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan menghadirkan pemateri dan pembimbing. Tampak hadir misalnya, Nurul H. Maarif, Nurhasan S.Pd., Dede Saadah S.Th.I, Nurjanah S.Pd.I, Mulyanis, Ahmad Turmudzi, dll. Di sini, dengan menggunakan media infokus, detail-detail penyelenggaraan KTI dan proses penelitian plus penulisannya diulas secara memadai. “Pokoknya tahun ini ingin yang terbaik lah,” ujar UT.

Keesokan harinya, siswa Kelas XII sudah mulai tampak bergerak memulai aksi penelitiannya. Tampak di sudut-sudut pesantren, mereka bergerombol didampingi guru pembimbingnya untuk mendiskusikan jalannya penelitian, penulisan dan analisanya. Denyut nadi intelektualpun nampak berdetak di sana. “Ini menarik, karena baru bagi kami. Insya Allah akan kami jalankan sebaik-baiknya, karena ini pembekalan penting bagi kami ke depan. Dan kami yakin, manfaat yang didapat akan sangat banyak. Ketemu masyarakat, latihan meneliti, menganalisa, dan bahkan menuliskan kesimpulan. Inilah tugas pelajar sesungguhnya,” ujar Ahmad Lili, siswa Kelas XII IPA asal Gunung Kencana ini.

Oke anak-anak, selamat bertugas. Niatkan KTI sebagai pintu masuk menjadi intelektual dan akademisi sesungguhnya. Ini baru satu langkah. Siapkan kakimu untuk langkah kedua, ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya. Hiduplah dengan membaca, meneliti dan menulis. Setelah itu, silahkan kalian tidur-tiduran. [nhm]



1 komentar:

PERUM PESONA CURUG TANGERANG mengatakan...

Oke; sebaiknya sumber kara ilmiahnya sekali-kali dari luar pondok; misalnya bagaimana keadaan masyarakat seitar pondok


Bulletin Qi Falah edisi 06/1/2009



  © Blogger template Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP